Senin, 17 Juni 2013

Pembahasan Tentang Malam Nishfu Sya'ban

 



Malam Nishfu Sya'ban
 

Pengertian tentang Nishfu Sya'ban.
Kata Nishfu adalah Bahasa Arab yang artinya : separo, sedangkan kata Sya'banjuga berasal dari Bahasa Arab yang artinya cabang-cabang. Dalam istilah umat muslim Sya'ban adalah sebuah nama bagi bulan yang kedelapan dalam perhitungan tahun Hijriyah. Di kalangan masyarakat Jawa bulan Sya'ban di sebut Ruwah.
Jadi malam Nishfu Sya'ban adalah malam separonya bulan Sya'ban. Oleh karena satu bulan itu pada umumnya tiga puluh hari, maka Nishfu Sya'ban adalah malam tanggal lima belas bulan Sya'ban/bulan Ruwah.


Keutamaan Bulan Sya'ban.
Bulan Hijriyah yang ke delapan di sebut Sya'ban, karena di dalamnya terdapat beberapa cabang kebajikan yang beraneka ragam.
وَسُمِّيَ شَعْبَانَ لأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ. إهـ مفاهيم السنة للسيد محمد بن علوي
Adapun kebajikan-kebajikan itu antara lain:
a.    Pada zaman Nabi SAW, di bulan ini turun ayat Al-Qur'an tentang berpindahnya arah qiblat dari Masjidil Aqsha ke Baitullah (Ka'bah), yakni firman Allah:
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ. البقرة : 144
Artinya :
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. (QS. Al-Baqarah : 144)
b.    Pada zaman Nabi SAW. di bulan ini juga turun ayat shalawat, yakni firman Allah :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. الأحزاب : 56
Artinya :
Sesungguhnya Allah dan Malaikat-MalaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab : 56).
c.    Setiap satu tahun sekali, amal para manusia seluruh dunia diangkat ke langit untuk dilaporkan kepada Allah. Hal ini terjadi di bulan Sya’ban. Hadits Nabi SAW :
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ. رواه النسائي.
Artinya :
Dari Usamah bin Zaid RA. dia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah SAW : Setahu saya engkau itu tidak memperbanyak berpuasa seperti engkau memperbanyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Beliau bersabda : Syaban itu bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yakni bulan antara Rajab dan Ramadlan, pada bulan ini amal para manusia dilaporkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Maka saya senang ketika amal saya dilaporkan itu saya sedang berpuasa. (HR. Nasa'i)
d.    Sepanjang tahun, di bulan Sya'ban ini ada satu malam yang agung dan berbarakah, yakni malam Nishfu Sya'ban yang di sebut juga Lailatul Ijabah, Lailatul Ghufron, Lailatul Bara’ah dan Lailatul Qismah.

Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban
Mengenai keutamaan dan keagungan Malam Nishfu Sya'ban ini, kita bisa menyimak beberapa Hadits di bawah ini :
خَمْسُ لَيَالٍ لاَ تُرَدُّ فِيْهِنَّ الدَّعْوَةُ: أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ. رواه ابن عساكر
Artinya :
“Ada lima malam, barang siapa berdo'a pada malam itu tidak akan ditolak do’anya, yaitu malam pertama pada bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, malam Jum’ah, malam ldul Fitri dan malam Idul Qurban”. (HR Ibnu Asakir)
إِنَّ اللهَ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ. رواه أحمد والترمذي وابن ماجه
Artinya :
Sungguh Allah turun pada malam Nishfu Sya’ban ke langit dunia kemudian memberi ampunan kepada para hambaNya lebih banyak dari pada jumlah bulu kambing yang dimiliki oleh suku Kalb. (HR Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِيْ جِبْرَائِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، فَقَالَ: هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَللهِ فِيْهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ بِعَدَدِ شُعُوْرِ غَنَمِ كَلْبٍ، وَلاَ يَنْظُرُ اللهُ فِيْهَا إِلَى مُشْرِكٍ وَلاَ إِلَى مُشَاحِنٍ وَلاَ إِلَى قَاطِعِ رَحِمٍ وَلاَ إِلَى مُسَبِّلٍ وَلاَ إِلَى عَاقٍّ لَوَالِدَيْهِ وَلاَ إِلَى مُدْمِنِ خَمْرٍ. رواه البيهقي
Artinya:
Dari Aisyah ra. dia berkata bahwa Nabi SAW bersabda telah datang kepadaku Malaikat Jibril AS. Kemudian dia berkata : malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban, pada malam ini Allah membebaskan penduduk neraka sebanyak bulu-bulu kambing yang dimiliki oleh suku Kalb. Pada malam ini Allah tidak memperhatikan orang musyrik, orang yang bermusuhan, orang yang memutuskan tali sanak famili, orang yang berpakaian dengan sikap sombong, orang yang menyakiti kedua orang tuanya dan orang yang gemar minum khomr. (HR Baihaqi)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ اللهَ يَقْضِيْ اْلأَقْضِيَةَ كُلَّهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَيُسَلِّمُهَا إِلَى أَرْبَابِهَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ.
Artinya :
Dari Ibnu Abbas RA. dia berkata : sungguh Allah memutuskan segala yang terjadi di alam ini pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian menyerahkan isi keputusan itu kepada para petugasnya pada malam lailatul Qodar.

Amalan-Amalan yang Kita Lakukan untuk Menyambut Bulan Sya'ban dan Malam Nishfu Sya'ban.
Berdasarkan beberapa hadits di atas, kita mengerti tentang keagungan bulan Sya'ban dan malam Nishfu Sya'ban, sehingga wajar apabila kita umat Islam mengagungkannya dan menyambutnya dengan amalan-amalan yang bernilai ibadah. Amalan-amalan itu antara lain : Memperbanyak berpuasa pada bulan Sya'ban, sebagaimana hadits riwayat Nasai dari Usamah bin Zaid.
Sedangkan mengenai amalan pada malam Nishfu Sya'ban kita bisa menyimak pendapat para ulama seperti di bawah ini :
a.    Sayyid Muhammad bin Alawi dalam kitbnya Idlohu Mafahimis Sunnah hal 95 memberi keterangan sebagai berikut :
لَمْ يَثْبُتْ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُعَاءٌ مُعَيَّنٌ خَاصٌّ بِلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَكَذَلِكَ لَمْ يَثْبُتْ صَلاَةٌ مُعَيَّنَةٌ خَاصَّةٌ بِلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ. وَإِنَّمَا جَاءَ التَّرْغِيْبُ بِإِحْيَائِهَا مُطْلَقًا بِأَيِّ أَنْوَاعِ الدُّعَاءِ وَالْعِبَادَةِ دُوْنَ تَعْيِيْنٍ. إهـ
Artinya :
Tidak ada ketetapan dari Rasulullah SAW tentang bacaan do'a tertentu yang khusus untuk malam Nishfu Sya’ban, demikian pula tidak ada ketetapan mengenai shalat tertentu yang khusus untuk malam Nishfu Sya’ban. Hanya saja ada anjuran untuk menyambutnya secara mutlak dengan berbagai bacaan do'a atau cabang-cabang ibadah tanpa ditentukan secara khusus.
b.    Kemudian dalam kitab tersebut hal 98, Sayyid Muhammad menulis sebuah hadits :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى فَأَطَالَ السُّجُوْدَ حَتَّى ظَنَنْتَ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهَامَهُ، فَتَحَرَّكَ فَرَجَعْتُ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِهِ أَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عَذَابِكَ، وَأَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ إِلَيْكَ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُوْدِ وَفَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ: يَا عَائِشَةُ، أَظَنَنْتِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَاسَ بِكِ؟ قُلْتُ: لاَ وَاللهِ يَارَسُوْلَ اللهِ، وَلَكِنْ ظَنَنْتُ أَنَّكَ قَدْ قُبِضْتَ  لِطُوْلِ سُجُوْدِكَ، فَقَالَ: أَتَدْرِيْنَ أَيَّ لَيْلَةٍ هَذِهِ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحَمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ. رواه البيهقي
Artinya :
Dari Aisyab RA. dia berkata : Rasullullah SAW melakukan shalat malam dan sangat lama dia bersujud, sehingga saya mengira bahwa Rasulullah itu wafat. Sewaktu saya melihat itu; saya bangkit dan menggerak-gerakkan ibu jarinya dan ibu jarinya bisa bergerak. Kemudian saya kembali dan mendengar bacaan Rasulullah dalam sujudnya : Saya berlindung dengan ampunanMu dari siksaankdu, saya berlindung dengan ridlaMu dari kemurkaanMu dan saya berlindung dari Engkau kepada Engkau. Saya tidak mampu menghitung pujian-pujian kepadaMu sebagaimana Engkau memuji kepada Dzat Mu sendiri. Sewaktu beliau bangun dari sujud dan menyelesaikan shalatnya, beliau berkata : Hai Aisyah, apakah kamu mengira bahwa saya meninggalkanmu ? saya menjawab : Demi Allah, tidak ya Rasul, akan tetapi saya mengira bahwa engkau telah wafat, karena lamanya engkau bersujud. Rasulullah bertanya : Taukah kamu, malam apakah ini ? Saya menjawab : Allah dan Rasulnya yang mengetahui. Rasulullah bersabda : Malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban. Allah berkenan memberi ampunan kepada orang-orang yang mohon ampun dan Dia berkenan memberi rahmat kepada orang-orang yang mohon rahmat dan Allah membiarkan orang-orang yang hatinya dendam, seperti keadaan mereka. HR Baihaqi.

c.    Selanjutnya dalam kitab itu juga, hal 100-101, Sayyid Muhammad menulis sebuah keterangan: 
وَقَدْ جَرَتِ الْعَادَةُ بِقِرَاءَةِ هَذَا الدُّعَاءِ مَعَ تَرْتِيْبِ سُوْرَةِ يس، وَهُوَ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللهُ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَاْلإِنْعَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِئِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ، اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارِ رِزْقِيْ وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيثْبُتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ، إِلَهِيْ بِالتَّجَلِّيْ اْلأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لاَ نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلأَكْرَمُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Artinya :
Telah menjadi adat kebiasaan membaca do 'a setelah selesai pembacaan Surat Yasin; yaitu Bismillahirrohmanirrohim; Washollallahu ala Sayyidina Muhammadin wa'ala alihi wa Shohbihi wasallam. Ya Allah, Dzat yang memberikan anugerah dan tidak diberi anugerah, Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, Dzat yang mempunyai pemberian dan kenikmatan, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, tumpuan orang-orang yang mengungsi, yang melindungi orang-orang yang mohon perlindungan, mengamankan orang-orang yang ketakutan. Ya Allah, apabila Engkau menetapkan aku di Ummil Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau orang yang sempit rizqinya, maka dengan anugerahMu, sudilah Engkau menghapus kecelakaanku, keterhalanganku, ketertolakanku atau kesempitan rizqiku; dan sudilab Engkau menetapkan aku di Ummil Kitab sebagai orang yang beruntung menerima rizqi, dimudahkan untuk berbuat kebajikan. Sungguh Engkau telah berfirman dan firmanMu adalah benar di dalam KitabMu yang Engkau turunkan kepada NabiMu yang Engkau utus. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dan disisiNyalah terdapat Ummul Kitab (lauhil mahfudh). Ya Tuhan dengan berkah tajalliMu yang agung pada malam Nishfu Sya’ban yang mulia, yang pada malam itu segala urusan yang penuh hikmah dijelaskan dan diputuskan, aku mohon kepadaMu untuk berkenan menghilangkan bala' baik yang kita ketahui, yang tidak kita ketahui atau segala hal yang Engkau ketahui, sungguh Engkau adalah Dzat yang Maha Perkasa dan Maha Mulia.
Keterangan Sayyid Muhammad selanjutnya sebagai berikut :
وَقَدْ وَرَدَتْ جُمَلٌ مِنَ هَذَا الدُّعَاءِ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ، فَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ فِيْ الْمُصَنَّفِ وَابْنُ أَبِيْ الدُّنْيَا فِي الدُّعَاءِ عَنْهُ قَالَ: مَا دَعَا عَبْدٌ قَطُّ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ إِلاَّ وَسَّعَ اللهُ لَهُ فِيْ مَعِيْشَتِهِ. إه إيضاح مفاهيم السنة ص 101
d.    Syaikh Muhammad bin Darwisy dalam kitabnya Asnal Mathalib menulis keterangan sebagai berikut :
وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُّعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أَهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ، قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِيْ وَلاَبَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
Artinya :
“Adapun membaca surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah maghrib dan membaca do’a yang masyhur itu termasuk hal yang disusun oleh sebagian orang-orang yang sholih dari pribadinya sendiri. Dikatakan penyusunnya adalah Syeikh Al-Buni. Dan hal tersebut tidak ada jeleknya jika diamalkan”.
e.    Sayyid Bakri dalam kitabnya I'anatut Tholibin memberi keterangan:
أَمَّا الصَّلاَةُ الْمَعْرُوْفَةُ لَيْلَةَ الرَّغَائِبِ وَنِصْفَ شَعْبَانَ وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَبِدْعَةٌ قَبِيْحَةٌ.
Artinya : Adapun shalat Raghaib (pada malam Jum'at pertama di bulan Rajab), shalat Nishfu Sya’ban dan shalat pada hari Asyuro (10 Muharram) semua itu termasuk prilaku Bid’ah Qobihah (buruk) tidak patut diamalkan.
Berdasarkan Hadits Nabi dan Fatwa para ulama tersebut, bisa kita simpulkan bahwa amalan yang dianjurkan dalam rangka menyambut malam Nishfu Syaban adalah amalan-amalan yang bernialai ibadah, antara lain:
1.    Melakukan shalat yang Masyruah (shalat yang dianjurkan dalam syara) seperti shalat hajat, shalat tasbih dan shalat sunnat mutlaqah.
2.    Membaca Al-Qur'an, surat Yasin atau surat yang lain.
3.    Berdzikir, beristighfar dan berdo’a/ beristighatsah.
4.    Bersedekah menurut kemampuan.
Kesimpulan ini kita bisa pahami dari kitab Idhohu Mafahimis Sunnah hal. 95
فَمَنْ قَرَأَ وَدَعَا وَصَلَّى وَتَصَدَّقَ وَعَمِلَ بِمَا تَيَسَّرَ لَهُ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ فَقَدْ أَحْيَاهَا وَنَالَ الثَّوَابَ عَلَى ذَلِكَ إِنْ شَاءَ اللهُ. إهـ إيضاح مفاهيم السنة ص 95
Artinya : Barang siapa yang membaca Al-Qur 'an, berdoa, melakukan shalat, bersedekah dan melakukan hal-hal yang bernilai ibadah menurut kemampuannya, maka orang itu sudah di sebut menyambut malam Nishfu Sya’ban dan Insya Allah akan mendapat pahala atas amal perbuatannya itu.